Pages

Sabtu, 28 November 2009

PARADOKS LINGKARAN

dalam
lingkaran
setan
ada
ayat
suci
dalam
lingkaran
tuhan
ada
ayat
setan
kalau tidak
dunia
kan
binasa

Kamis, 26 November 2009

ABNORMAL

tanpa batas
hidup
mati
kulitku
ada
tiada
wilayahku

Kamis, 12 November 2009

PENTINGNYA LABORATORIUM IPS DALAM MENYONGSONG SMAPA SEBAGAI SEKOLAH BERSTANDAR INTERNASIONAL

Oleh: Zen Syaifudin S.Pd.
Guru Sosiologi SMAPa.

Bola SSN itu telah dilambungkan dan sudah tampak mulai bergulir cepat di Negeri SMAPa. Kita harus menggiring dengan cermat bola SSN itu dengan delapan jurus kompetensi untuk sampai pada kriteria gol yang mengagumkan sehingga nantinya dapat lolos masuk jelajah babak baru dalam arena Sekolah Berstandar Internasional..

Satu dari delapan jurus penting SSN Departemen Pendidikan Nasional adalah tersedianya sarana dan prasarana sekolah termasuk di dalamnya laboratorium pembelajaran yang memadai untuk semua program di SMA. Benar harus dirapatkan antara kata dan perbuatan, antara teori dan praktek untuk semua mata pelajaran dan pembelajaran program IPA, IPB dan IPS.

Eksperimen Ilmu Pengetahuan Di SMAPa. Diruntut dari awal pendirian. Laboratorium IPA SMAPa dibangun sejak tahun 1984, bersamaan dengan 6 RKB ketika pertama kali pendirian SMA ini. Adanya setua umur sekolah ini juga; 25 tahun. Begitu besar peranannya bagi para siswa program Inti dan IPA dalam pengembangan ilmu pengatahuan Guru tidak saja menyajikan teori-teori yang memiliki kecenderungan abstrak di kelas tetapi para guru juga melibatkan siswa bereksperimen di laboratorium tentang gejala-gejala alam semesta yang sesungguhnya. Siswa benar-benar diharapkan bisa mengerti apa yang dimaksudkan teori-teori yang disajikan guru itu, begitu mengagumkan gejala-gejala dan hukum alam semesta itu ….. sungguh mengasikkan ....aah ternyata ....tidak cuma teori.

Ketika 24 tahun berjalan usia SMAPa, perhatian semakin berkembang, dibangun gedung laboratorium IPB dengan anggaran swadaya komite warga SMAPa. Begitu besar antusias dan komitmennya untuk semuanya sehingga pembangunan gedung itu dapat dilaksanakan dengan lancar dan dalam 2 tahun berjalan pembangunan fisik gedung itu final. Langkah berikutnya tinggal pengisian perangkat komunikasi di dalamnya, setelah itu “on air”. Sekolah kita maju selangkah lagi, SMAPa memiliki sarana dan prasarana laboratorium bahasa yang memadai. Luar biasa .......jendela dunia ...... semakin mudah terbuka.

Kemudian rencananya, laboratorium IPS juga menjadi penting sehingga keberadaanya perlu didiskusikan agak serius warga SMAPa ini. Apalagi pada saat yang sama untuk menyambut status sekolah SMAPa, tidak sekedar berkelas Sekolah Standar Nasional (SSN) tetapi benar-benar sedang menjemput bola sebagai Sekolah Berstandar Internasional (SBI). Menyertai perkembangan itu lalu muncul pertanyaan penting yaitu sudahkah kita memiliki konsep yang jelas dalam pengadaan laboratorium IPS sesuai dengan dinamika SMAPa ke depan sebagai Sekolah Berstandar Internasional?

Kita punya komitmen, memberikan layanan terbaik untuk semua peserta didik. Senantiasa membangun pengertian dinamis konstruktif diantara anggota warga besar sekolah sebab ini soal kebutuhan bersama, soal begitu pentingnya struktur keilmuan dari ilmu pengetahuan untuk hari ini dan hari esok bagi putra putri kita, bagi para siswa kita semua yang kita cintai. Dalam hal ini diinginkan tidak ada prioritas lebih pada program keilmuan tertentu di sekolah, mereka itu juga anak-anak kita semua, yang harus kita urusi dan mendapatkan perhatian yang semestinya. Tentang adanya laboratorium IPS sepertinya itu pasti. Tapi nampaknya ada saja agaknya belum cukup. Ada saja tanpa disertai kesungguhan itu akan memilukan Sama halnya dengan adanya laboratorium yang lain, memerlukan konsep yang jelas, perencanaan model dan penataan yang matang dan disertai alokasi pendanaan sarana dan prasarana yang aspiratif sebab sama pentingnya, semua menjadi kebutuhan anak-anak kita apalagi karakteristik keilmuan itu berbeda satu dengan yang lain.

Adanya laboratorium IPS dibutuhkan argumentasi yang jelas, iya kan? Di tahun pelajaran 2008/2009 saja, jumlah siswa masing-masing program, untuk kelas XI menunjukkan perbandingan IPA: 77 siswa, IPB: 35 siswa, IPS: 120 siswa dari total jumlah seluruhnya 232 siswa. Sedangkan kelas XII jumlah program IPA: 70 siswa, program IPB: 35 siswa dan IPS: 108 siswa dari jumlah seluruhnya 213 siswa. Jika digambarkan sebagai berikut:



Data yang menunjukkan perbandingan jumlah pada grafik antara 147, 70 dan 228 siswa dari masing-masing program di atas memberikan konsekuensi logis pada beban pembelajaran sekaligus tanggungjawab guru terhadap masa depan mereka semua. Jumlah rombongan belajar dan start kompetensi yang menyertainya itulah yang merupakan hal yang seharusnya mendapatkan perhatian penting dalam proses pembelajaran di sekolah. Bolehlah kenyataan itu sebagai persoalan yang menarik dan memang menjadi tugas bagi guru untuk memberikan solusi terbaik dalam proses dan kualitas hasil pembelajaran tetapi mestinya logika yang berjalan perhatian yang lebih berimbang harus dirasakan juga. Konstribusi dan partisipasi para siswa itu begitu besar pada upaya menuju kemajuan sekolah ini. Dan sekolah harus membuktikan komitmennya memberikan layanan prima pada para siswa masing-masing program yang ditetapkan sekolah secara proporsional.

Dalam masa 25 tahun prioritas anggaran dan perhatian laboratorium telah tercurahkan untuk bereksperimen di laboratoriun yang telah ada, selama ini kita dapat mengerti dan memahami terkait dengan rencana sekolah, kurikulum dan sumber-sumber pendanaan yang melingkupinya. Tetapi sepertinya ketika saatnya tiba untuk implementasi SSN dan sebentar lagi SBI, pertanyaan; apa lagi dan kapan lagi untuk memulai, harus mengemuka juga. Orang yang berilmu pengetahuan bisa memahami “teori tanpa praktek omong kosong”. Hukum itu berlaku untuk semua ilmu, untuk semua mata pelajaran, untuk semua program, kalau kelas program IPA dan IPB harus ada eksperimen di laboratorium, kan jelas pasti juga yang seharusnya terjadi untuk kelas program IPS.

Keberadaan Laboratorium IPS begitu krusial. Tidak cukuplah bila siswa sekedar hafal tenggang rasa itu ajaran mulya sebelum mereka dihadapkan langsung untuk membuat keputusan pada realitas bahwa anggota masyarakat masih membutuhkan hidup nyaman sehingga nilai kemanusiaan itu berarti tindakan nyata. Apalah artinya siswa mengerti organisasi itu sebagai fakta sosial bila mereka tidak secara intensif bergelut dalam organisasi sosial yang sesungguhnya. Apa gunanya siswa lancar menyebutkan isi deklarasi hak-hak asasi manusia kalau mereka tidak terlibat langsung dengan masalah-masalah hak-hak kemanusian yang dihadapi masyarakat di sekelilingnya. Apa manfaatnya ideologi Pancasila dan semboyan adiluhung pendiri bangsa Bhineka Tunggal Ika dipajang di setiap dinding kelas bila kita tetap saja terjebak pada ideologi sempit golongan yang melukai pluralitas dan menghambat kreatifitas bangsa. Apa maknanya hukum pasar bersaing sempurna kalau siswa tidak mengalami langsung transaksi penawaran dan permintaan dalam ekonomi pasar dalam keseharian untuk memenuhi kebutuhan mereka. Apa maunya kita menyatakan bersahabat dengan alam jika pemberitaan media masa menunjukkan pola tindakan kita selalu direspon jawaban, bahasa murkanya Tuhan karena ulah cerobohnya kita dalam pengelolaan ekosistem alam semesta. Dan masih banyak serta banyak lagi gejala-gejala riil kehidupan sosial yang harus dijamah melalui laboratorium IPS secara langsung maupun tidak langsung dalam aktifitas pembelajaran keseharian para siswa. Alangkah indahnya pembelajaran di sekolah ini bila siswa itu memiliki wadah aktifitas yang representatif, mendapatkan waktu yang cukup dan kesempatan yang lebih luas untuk bergelut dalam kerumitan dan kompleksitasnya realitas sosial dalam struktur keilmuan yang jelas, agar dapat merasakan, menghayati, mengalami gejala sosial yang sebenar-benarnya ketika dan setelah mereka mendapatkan teorinya dalam pembelajaran di dalam kelas oleh para bapak dan ibu guru. Persoalan yang demikian ini layak mendapatkan penekanan sebab sistem penilaian pembelajaran sekolah yang berkualitas prima harus mampu menggeser jawaban lisan dan tulisan dari para siswa menuju sikap dan tindakan nyata.

Bila dalam pembelajaran program IPS, adanya laboratorium yang memadai tidak terabaikan lagi, tentu saja pantas bila Sumber Daya Manusia (SDM) siswa ke depan akan semakin tergarap dengan lebih baik. Dalam pembelajaran kata-kata bijak para ilmuan pada akhirnya akan lebih cepay menjadi perbuatan kita. Kemudian akan lebih banyak paparan data yang menunjukkan meningkatnya kualitas hasil belajar siswa sehingga kita lebih berani lagi untuk mampu bersaing merebut peluang masuk ke perguruan tinggi, kepekaan sosial siswa akan semakin terasah lebih tajam lagi, social skill mereka akan semakin terlatih dengan baik, lebih banyak meringankan ketimbang membebani pasar kerja sehingga angka pengangguran dapat ditekan sampai pada batas limit yang aman. Globalisasi dunia memaksa kita terlibat dalam pergaulan pasar kerja internasional tidak dapat terelakkan lagi. Output institusi pendidikan kita tidak boleh lagi terombang ambing dalam arus gelombang sulit-susahnya pencarian lowongan kerja, sekaligus menepis terjadinya ironi rendahnya nilai jual dan harga diri tenaga kerja Indonesia dalam percaturan pasar bebas dunia. Permasalahan ini semakin jelas terangkat kepermukaan karena kita bersama telah sampai pada tingkat kesadaran bahwa dinamika pemikiran dan aktifitas pembelajaran warga SMAPa semakin berkembang jauh. Dan itulah yang menyebabkan kita tak punya pilihan lain untuk lebih cepat melampaui SSN dan segera berhadapan pada pemenuhan kriteria sebagai Sekolah Berstandar Internasional.

Jelas dalam situasi langkah percepatan menuju kesetaraan SBI telah menjadi komitmen bersama dan dalam banyak hal kemampuan kita dipertaruhkan untuk secara kompetitif memperjuangkan kualitas pendidikan di SMAPa, pemikiran demikian tidaklah dianggap berlebihan. Sekali lagi, tetap dalam batas proporsionalitas layanan semua program pembelajaran di SMAPa, semua sama sebagai warga besar pendidikan, kita sedang berupaya dengan penuh kesungguhan menghantarkan SMAPa yang telah berusia lebih dari seperempat abad ini menuju masa depan yang lebih baik untuk membekali ilmu pengetahuan anak-anak, mereka semuanya yang ada dalam program IPS, IPB dan IPA membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari kita semua; untuk mewujudkan cita-cita besar ............. menjadikan kualifikasi pendidikan SMAPa sebagai Sekolah Berstandar Internasional. Kalau bisa dilakukan kenapa tidak. If it can be done why not !



 
Copyright © 2010 Kelompok SosiologI | Design : Noyod.Com